Kamis, 18 Oktober 2018

desain kerja yang ergonomis


DESAIN STASIUN KERJA
Menurut Annis dan McConville (1996) dan Manuaba (1990) ergonomi  adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain kerja, mesin dan sistemnya , ruang kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien.  
Jadi pada bab ini kita akan mempelajari tentang bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang ergonomis.

A.    Pendekatan dalam Desain Stasiun Kerja
Secara umum baik dalam memodifikasi atau meredesain stasiun kerja yang sudah ada maupun mendesain stasiun kerja yang  baru, para perancang sering dibatasi oleh  faktor finansial maupun teknologi. Dengan demikian desain dan redesain harus selalu berkompromi antara kebutuhan biologis  operator  dengan kebutuhan stasiun kerjafisik baik ukuran maupun fungsi dalam stasiun kerja.  Artinya dalam pembuatan stasiun kerja harus memperhatian atau mempertimbangkan beberapa hal  diantaranya yaitu harus korelasinya antara operator dengan hardware, software, lingkungan fisik dan organisasi.

B.     Pertimbangan Antropometri
Data antropometri memegang peran yang sangat penting dalam mendesain stasiun kerja. Dengan kita mengetahui data antropometri kita dapat mengetahui desain seperti apa yang akan kita buat yang harus sepada dengan tenaga kerja dan beban kerja yang akan dilakukan dengan harapan dapat menciptakan keamanan, kenyamanan keselamatan dan estetika kerja.
Dalam setiap desainn peralatan dan stasiun kerja, keterbatasan manusia harus selalu diperhatikan, disamping kemampuan dan kebolehannya. Mengingat bahwa setiap manusia berbeda yang satu dengan yang lainnya. Maka aplikasi data antropometri dalam desain produk dapat meliputi: desain untuk orang ekstrim (kecil atau besar), desain untuk orang perorang, desain untuk kisaran yang dpat diatur dengan persentil -5 dan persentil -95 dari populasi dan dan desain untuk neraca dengan menggunakan data persentil -50 (Sanders & McGormick, 1987). Namun demikian dalam pengumpulan data antopometri yang akan digunakan untuk medesain suatu produk, harus memperhitungkan variabilitas populasi pemakai seperti variabilitas ukuran tubuh secara umum, variasi jenis kelamin, vasiasi umur dan variasi ras atau etnik.

Jenis Pengukuran Antropometri
1.      Pengukiran antropometri stasis
Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan dua posisi yaitu posisi duduk atau posisi berdiri.
a.       Desain stasiun kerja dengan posisi duduk
Granjien (1993) berpendapat bahwa bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain: pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan kepaduan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Namun demikian bekerja dengan duduk dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkungsehingga cepat lelah.
b.      Desain stasiun kerja dengan posisi berdiri
Menurut Sutalaksana (2000) sikap berdiri merupakan sikap yang siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Posisis berdiri lebih menyebabkan kelelahan daripada duduk, dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.
2.      Desain Stasiun Kerja Dan Sikap Kerja Dinamis
Keuntungan desin kerja dengan kombinasi duduk dan berdiri menjadi satu desain dengan batasan berikut:
a.       Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada suatu saat dan pada saat lainnya. Dilakukan dengan berdiri dan saling bergantian;
b.      Perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm ke depan dan atau 15 cm ke atas landasan kerja; dan
c.       Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90-120 cm, merupakan ketinggian yang paling tepat baik untuk posisi duduk maupun berdiri.  



ORGANISASI KERJA DAN KEBUTUHAN GIZI KERJA

A.    Fisiologi Tubuh saat Bekerja dan Istirahat
Pada dasarnya aktivitas kerja merupakan pengarahan tenaga dan pemanfaatan organ-organ tubuh melalui koordinasi dan perintah oleh syaraf pusat. Besar kecilnya pengarahan tenaga sangat bergantung pada jenis pekerjaan (fisik atau mental), secara umum pekerjaan yang bersifat fisik memerlukan pengerahan tenaga yang lebih besar dibandingkan jenis pekerjaan yang bersifat mental.
Menurut Suma’mur (1982) bahwa bekerja adalah anabolisme yaitu mengurai atau menggunakan bagian-bagian tubuh yang telah dibangun sebelumnya. Dalam keadaan demikian, sistem syaraf utama yang berfungsi adalah komponen simpatis. Maka pada kondisi seperti itu, aktivitas tidak dapat dilakukan secara terus-menerus, melainkan harus diselangi dengan istirahat untuk memberikan kesempatan kepada tubuh untuk melakukan pemulihan. Pada saat istirahat tersebut, maka tubuh mempunyai kesempatan membangun kembali tenaga yang telah digunakan (katabolisme). Pada saat bekerja otot mengalami kontraksi dan pada saat istirahat terjadi pengendoran atau relaksasi otot. Jadi jika pada saat siangnya bekerja, pada saat malam hari upayakan untuk beristirahat memulihkan tenaga agar keesokan harinya dapat bekerja kembali secara bugar. Secara fisiologis apabila pemulihan pada malam hari tidak cukup, maka secara otomatis performansi kerja pada hari berikutnya akan menurun.

B.     Pengaturan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja. Tetapi dalam pelaksanaannya, hanya perusahaan yang memperkerjakan karyawannya di luar jam kerja (kerja lembur) dengan berbagai alasan. Disisi lain karyawan juga senang melakukan kerja lembur karena akan mendapatkan gaji di luar gaji pokok.
Dari sudut pandang fisiologi, kerja lembur sangat merugikan kesehatan. Dalam putaran 24 jam sehari terdapat tiga siklus keseimbangan tubuh yaitu 8 jam bekerja, 8 jam berinteraksi dan bersosialisasi dengan keluarga, masyarakat, dan 8 jam untuk istirahat. Apabila kerja lembur dilakukan diluar 8 jam kerja tersebut maka siklus keseimbangan tubuh akan terganggu.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di lapangan, ternyata terdapat empat istirahat yang dilakukan oleh para pekerja selama jam kerja berlangsung, yaitu:
1.      Istirahat spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan kerja.
2.      Istirahat curian adalah istirahat yang terjadi jika beban kerja tak dapat diimbangi oleh kemampuan kerja. Terjadi jika beban kerja yang lebih besar sehingga menyebabkan kelelahan.
3.      Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerja mesin-mesin, peralatan atau prosedur-prosedur kerja, waktu istirahat dilakukan tergantung kecepatan penyelesaian tugas.
4.      Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat yang memang sudah ditentukan oleh ketentuan perundang-undangan.

C.    Hasil Kerja
Jumlah jam kerja yang efisien selama seminggu adalah sekitar 40-48 jam/minggu. Sedangkan diantara waktu kerja harus disediakan aktu istirahatyang jumlahnya antara 15-30% dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja melebihi ketentuan tersebut akan ditemukan hal-hal seperti; penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan, absensi karena skit meningkat, yang kesemuanya akan bermuara kepada rendahnya tingkt produktivitas kerja.

D.    Kebutuhan Gizi Kerja
1.      Zat Gizi dan Sumber Makanan
Fungsi dari zat-zat gizi adalah sebagai sumber tenaga atau kalori (karbohidrat, lemak dan protein), membangun dan memelihara jarinagn tubuh (protein, air dan mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin dan mineral).
Untuk mempertahankan hidup dan dapat melakukan pekerjaan setiap orang membutuhkan tenaga. Tenaga tersebut diperoleh dari pembaharan zat-zat  makanan yang dikonsumsi dengan oksigen. Bila banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan. Jika makanan yang dikonsumsi lebih besar daripada tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan menjadi gemuk, sebaliknya jika makanan yang dimakan kurang maka tubuh akan menjadi kurus. Keduanya akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dan akhirnya mempengaruhi pada efisien dan produktivitas kerja.
2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Seseorang
Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda satu sama lainnya dan sangat tergantung pada berbagai faktor yaitu:
a.       Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh seseorang maka semakin besar pula kebutuhan kalorinya, meskipun usia, jenis kelamin, dan aktivitas yang dilakukan sama
b.      Usia, anak-anak dan remaja membutuhkan relatif lebih banyak kalori dan zat gizi lainnya dibandingkan dengan oraang dewasa atau tua, karena selain diperlukan untuk tenaga juga untuk pertumbuhan.
c.       Jenis kelamin. Laki-laki umumnya membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena secara fisiologis laki-laki mempunyai lebih banyak otot dan juga lebih aktif.
d.      Kegiatan/ aktivitas kerja yang dilakukan. Pekerja berat akan membutuhkan kalori dan protein lebih besar dibanding orang yang bekerja ringan.
e.       Kondisi tubuh tertentu. Pada orang yang baru sembuh dari sakit akan membutuhkan lebih banyak kalori dan zat gizi tersebut untuk rehabilitasi kembali sel-sel/ jaringan tubuh yang rusak selama sakit.
f.       Kondisi lingkungan. Pada musim hujan membutuhkan kalori lebih tinggi/ banyak dibandingkan saat musim panas.
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut kita dapat membuat menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh kita agar tidak terjadi gangguan kesehatan akibat ketidak seimbangan gizi.
3.      Pengaruh Faktor Lingkungan Kerja
a.       Tekanan panas. Untuk pekerjaan di tempat kerja bersuhu tinggi, harus diperhatikan secara khusus kebutuhan air dan dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan.
b.      Bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia dapat menyebabkan keracunan kronis dengan penurunan berat badan sebagai salah satu gejalanya.
c.       Faktor psikologis. Stress sebagai akibat ketidak selarasan emosi, hubungan manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau hambatan psikologis, sosial, dll. Akan menurunkan berat badan, terjadinya penyakit dan tidak produktifnya tenaga kerja.
4.      Usaha Perbaikan Gizi
a.       Menyediakan kantin di perusahaan, dengan tujuan meningkatkan perbaikan gizi tenaga kerja
b.      Pemberian makan secara Cuma-Cuma pada jam tertentu
c.       Pemberian makanan tambahan
d.      Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur.
e.       Menerapkan hasil penelitian tentang gizi kerja yang telah dilakukan untuk meningkatkan status gizi.


Perkembangan Otomasi Perpustakaan di Dunia dan Indonesia

PERKEMBANGAN OTOMASI PERPUSTAKAAN DI DUNIA DAN DI INDONESIA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AUTOMASI PERPUSTAKAAN DISUSUN OLEH: ...