Rabu, 18 April 2018

prinsip-prinsip kepustakawanan




PRINSIP-PRINSIP KEPUSTAKAWANAN
1.      Perpustakaan Diciptakan oleh Masyarakat
Sejak zaman dahulu hingga sekarang tujuan perpustakaan selalu identik dengan tujuan masyarakat. Hal ini terjadi karena perpustakaan merupakan hasil ciptaan masyarakat, bukan sebaliknya. Sebagai contoh  Raja Ashurbanipal dari Babylonia mendirikan perpustakaan kerajaan yang besar di kota Nineveh sekitar tahun 600 SM. Perpustakaan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil seni dan pengetahuan masyarakat Babylonia, tetapi juga bertugas menyebarkannya ke masyarakat. Dikawasan lain, Ptolemues Soter dari Mesir yang berkuasa antara tahun 323-285 SM membangun perpustakaan Alexandri, yang menjadi pusat intelektual selama hampir 9 abad. Pada abad pertengahan, perpustakaan yang terbesar di Eropa didirikan oleh gereja. Menginjak abad ke-20, perpustakaan umum didirikan oleh berbagai pemerintah. Pembangunan perpustakaan umum ini menunjukkan bawha perpustakaan bukan saja terbatas pada golongan atas belakasebagimana pernah terjadi pada abad-abad sebelumnya, melainkan juga untuk golongan menengah dan bawah. Sepanjang sejarah, perpustakaan selalu membantu penyebarluasan pendidikan ddengan cara menyediakan kemudahan belajar.
Hubungan yang erat antara masyarakat dengan perpustakaan juga nampak pada gedung perpustakaan. Perpustakaan dianggap pranata penting sehingga orang-orang zaman dahuluu selalu menematkan perpustakaan di kuil, istana, biara, atau katedral seta tempat lain yang dianggap penting. Hal tersebut mencerminkan pentingnya perpustakaan sebagai hasil ciptaan masyarakat. Masyarakat menulis sebuah karya dan karya-karya tersebut dikumpulkan dan disebarkan kepada masyarakat.

2.      Perpustakaan Dipelihara Masyarakat
Karena perpustakaan diciptakan masyarakat, masyarakatpun berusaa memelihara hasil karyanya. Hal ini nyata dalam sejarah perpustakaan, gangguan terhadap perpustakaan lebih banyak berasa dari luar perpustakaan, misalnya dari revolusi, gejolak politik maupun pertentangan agama.. sebagai contoh perintah pembakaran buku, sebagai koleksi utama perpustakaan, telah ada sejak zaman dahulu. Misalnya pada tahun 212 SM, kaisar Shih Huang-ti, pendiri dinasti Ch’in, memerintahkan pembakaran semua buku kecuali buku pertanian, agama, dan kedokteran. Ternyata tidak semua rakyat melakssanakan perintah tersebut karena beberapa buku yang disembunyikan kelak digunakan untuk mengisi perpustakaan berikutnya. Perpustakaan Alexandria yang didirikan oleh Ptolemeus terbakar dan masa pemerintahan Julius Caesar pada tahun 48 SM.
Pada awal perkembangan agama kristen, orang-orang Roma yag menyebut kaisar sebagai dewa membakar buku tentang agama kristen. Sebaliknya, kemudian penganut agama kristen membakar buku penyembah berhala. Di Inggris ketika raja Henri VIII berkuasa, biara diperintahkan ditutup dan bukunya disita. Pada tahun 1930-an kita menyaksikan pembakaran buku karangan orang Yahudi oleh Hitler. Di Indonesia, pada tahun 1960-an terjadi pembakaran oleh PKI terhadap majalak dan buku yang dianggap ciptaan neokolonialisme dan imperialisme maupun karya pengarang yang tergabung dalam kelompok Manifesti kebudayaan.
Jadi, sepanjang sejarah selalu ada usaha untuk menghancurkan buku yang disimpan di perpustakaan. Sebaliknya pula, masyarakat pun berusaha mengamankan perpustakaan. Secara fisik, pengamanan perpustakaan kuno dilakukan dengan menempatkan perpustakaan (buku baca) di bagian yang aman pada sebuah kuil atau istana. Kuil atau istana merupakan bangunan yang kokoh sehingga buku akan lebih aman disimpan di tempat tersebut daripada di tempat lain. Dalam berbagai gejolak sosial maupun revolusi, keberadaan perpustakaan selalu tidak dilupakan masayrakat. Semasa puncak revolusi Prancis, semua perpustakaan milik lembaga keagamaan disita, kemudian koleksinya di tempatkan di berbagai pusat penyimpanan yang tersebar di seluruh Prancis. Semuanya itu mempunyai hikmah karena beberapa tahun kemudian setelah revolusi berakhir, buku sitaan dijadikan cikal bakal perpustakaan Nasional Prancis. Semasa revolusi Rusia serta pasca revolusi (sekitar tahun 1918-1923) sejumlah besar buku, bahkan seluruh buku milik perpustakaan pribadi Czar, dipindahkan ke perpustakaan yang ditunjuk penguasa baru. Koleksi ini nantinya berkembang mejadi perpustakaan Nasional Uni Soviet. Di Indonesia, semasa penduduk Jepang (1942-1945), tindakan pertama belantara Jepang ialah mengamankan koleksi Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschap di Batavia (kini Jakarta). Koleksi ini kelak menjadi inti perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sebelum itu, ketika Majapahit runtuh, bangsawan maupun biarawan menyelamatkan berbagai naskah kuno ke tempat lain.
Dari uraian di atas nyatalah bahwa kekuasaan di luar perpustakaan dapat merupakan kekuatan yang dapat menghancurkan perpyustakaan. Sebaliknya pula, masyarakat (merupakan kekuatan di luar perpustakaan namun perpustakaan merupakan bagian darinya) pulalah yang menciptakan sekaligus memelihara perpustakaan. Selain menciptakan dan memelihara masyarakat juga mengembangkan perpustakaan.
                                                              
3.      Perpustakaan dimaksudkan untuk Menyimpan dan Memancarkan Ilmu Pengetahuan.
Tatkala raja Ashurbanipal membangun perpustakaan kerajaan Nineveh, Raja sadar bahwa sebenarnya ia membangun sebuah gedung untuk menyimpan buku pengetahuan mengenai keagamaan, sejarah, geografi, hukum serta karya lainnya untuk diketahui terbit semasa itu. Ia menyatakan bahwa erpustakaannya terbuka untuk semua kawulanya.
Perpustakaan Alexandri a didirikan bukan saja untuk menyimpan buku sebagai pengetahuan, melainkan juga untuk menyebarkan ilmu pengetahuan. Karena sifat keterbukaannya, perpustakaan Alexandria dikunjungi banyak ilmuwab dari sekitar Laut Tengah. Sekita hampir 900 tahun, perpustakaan Alexandria menjadi mercu suar ilmuan yang memerlukan informasi sebagai ilmu pengetahuan.
Pada abad menengah perpustakaan lebih mengarak ke pengawetan (conservation) artinya disimpan sebagai koleksi. Prinsip pengawetan tersebut begitu kuat sehingga timbul ungkapan bahwa sebuah perpustakaan biara tanpa buku ibarat benteng tanpa senjata. Hal ini diungkapkan dalam kalimat claustrum sine armario, claustrum sine armamentario.perpustakaan bertugas menyimpan buku dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, berbagai perpustakaan nasional yang ada diberbagai negara telah dikunjungi jutaan pengunjung termasuk negarawan, sastrawan, ilmuwan maupun pengunjung awam lainnya. Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan merupakan satu-satunya pranata ciptaan manusia, tempat manusia dapat menemukan kembali informasi yang permanen serta luas ruang lingkupnya. Masyarakat selalu mengatakan bahwa perpustakaan mempunyai efek sosial, ekonoomi, politik, dan edukatif. Karena imbas tersebut, timbul kontra efek berupa perusakan dan pembakaran perpustakaan. Yang disebut terakhir ini terjadi juga dalam sejarah manusia. Bla ilmu pengetahuan hanya disimpan, tidak di sebarluaskan maka ilmu pengetahuan akan mandek. Ilmu itu mungkin akan tumbuh lagi kemudian, namun hal tersebut memerlukan waktu yang lam, pengorbanan waktu, tenaga dan uang. Ibaratnya kita tidak perlu menemukan roda lagi. Karena itu ilmu yang disimpan dalam wujud buku ahrus disebarluaskan. Contoh khas terjadi pada kemampuan operasi bedah otak pada orang Mesir kuno. Kemampuan ini hanya dikuasai oleh segelintir ahli yang terkungkung dalam tembok kuil, tidak disebarkan, malah dirahasiakan. Alhasil, kemampuan itu bukannya berkembang justru membeku, akhirnya dirintis lagi oleh orang Eropa pada abad ke-18.

4.      Perpustakaan Merupakan Pusat Kekuatan
Ilmu pengetahuan adalah kekuatan. Akrena perpustakaan merupakan gudang ilmu pengetahuan maka perpustakaan pun merupakan kekuatan. Hal ini dapat dilihat dalam dalam perjalanan sejarah.  Pada zaman purba, perpustakaan secara fisik ditempatkan di kuil atau istana, diletakkan berdampingan dengan kekuatan spiritual dan fisik. Penyimpanan d pusat kekuasaan menunjukkan bahwa perpustakaan merupakan pusat kekuatan. Ini berdasarkan analogi bahwa perpustakaan merupakan tempat penyimpanan rekaman ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan merupakan kekuatan. Hal ini kita kenal dengan ungkapan bahasa inggris knowledge is power. Kelak ungkapan ini berganti menjadi informasi adalah kekuatan.
Karena penyimpanan buku di istana maupun di kuil, pustakawan zaman purba umumnya berasal dari lapisan masyarakat atas yang menduduki jabatan politik ataupun jabatan keagamaan yang tinggi. Orang yang memiliki informasi yang luas adalah orang yang memiliki kekuatan. Karena orang yang memiliki informasi lebih banyak itu lebih atau memiliki kekuatan tersendiri daripada orang lain dan informasi itu bisa didapatkan dengan membaca.

5.      Perpustakaan Terbuka Untuk Semua Orang
Sejak zaman raja Ashurbanipal, perpustakaan dinyatakan terbuka untuk semua kawula kerajaan. Pada zaman Yunani, penguasa Athena bernama Peisistratus (sekitar tahun 528-600 SM) serta kaisar Agustus (63 SM-14) dari  kerajaan Romawi membuka perpustakaan terbuka untuk umum. Malah seorang ilmuwan Roma yang bernama Plinkus menyatakan igenia hominum rem publica artinya menjadikan bakat manusia dan kekuatan mental sebagai milik umum.  Kedua kekuatan itu dituangkan dalam bentuk buku yang di simpan di perpustakaan.
Pada zaman modern, prinsip bahwa perpustakaan terbuka untuk umum baru berkembang dengan mulai dibukanya perpustakaan umum.

6.    Perpustakaan Harus Berkembang
Walalupun perpustakaan berasal daari koleksi yang terbatas tetapi perpustakaan harus berkembang walaupun laju pertumbuhan tidak sama. Perpustakaan harus berkembang karena pemakai perpustakaan menghendaki pembangunan koleksi yang mampu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan. Bila koleksi perpustakaan tidak berkembang, perpustakaan akan ditinggalkan pembacanya. Hal ini terjadi juga di Indonesia tatkala awal tahun 1960-an. Banyak perpustakaan umum tidak pernah dikunjungi anggotanya karena  koleksinya tidak bertambah, malahan menyusut.
Contoh nyata prinsip ini pada perpustakaan nasional. Hampir semua perpustakaan nasional harus membangun gedung tambahan untuk menyimpan koleksi yang semakin bertambah.  

7.      Perpustakaan Nasional Harus berisi Semua Literatur Nasional dari negara yang bersangkutan Ditambah Literatur Nasional Negara Lainnya yang berkaitan
Literatur disini aartinya buku dalam arti yang luas. Kalau kita menengok ke belakang, perpustakaan Nineveh mengumpulkan semua karya Asayriaa seperti teks keagamaan, doa, mantera, upacara, materi sejarah, pemerintahan, geografi, hukum, legenda, mitologi, astronomi, astrologi, biologi, matematika, kedokteran, sejarah alam, bahkan juga daftar pembayar pajak. Jadi, perpustakaan nasional mengumpulkan semua buku yang diterbitkan di negara yang bersangkutan untuk melaksanakan hal tersebut biasanya dikeluarkan UU Deposit yaitu undang-undang yang mewajibkan penerbit dan pencetak  mengirimkan contoh terbitannya ke perpustakaan yang ditunjuk oleh undang-undang tersebut. Demikian pula dengan terbitan asing yang isinya menyangkut dengan negara bersangkutan juga disimpan. Untuk memperoleh terbitan asing biasanya dilakukan dengan cara pembelian ataupun tukar menukar. Berdasarkan  prinsip ini perpustakaan naasional indonesia mengumpulkan semua buku terbitan indonesia hingga sekarang ditambah dengan buku “mengenai” Indonesia. Menyerahkan contoh buku yang diterbitkan baisanya berjumlah minimal 2 eksemplar.

8.      Setiap buku Pasti ada Manfaatnya
Berdasarkan fakta sejarah, prinsip ini dibagi menjadi 2 yaitu: pertama, selama hampir 5000 tahun sejarah perpustakaan, pustakawan maupun ilmuwan membuktikan bahwa apapun jenis buku ataupun judul buku bila buku itu lenyap dari peredarankemudian ditemukan lagi, pasti buku tersebut amat dihargai. Dalam sejarah terbukti banyak buku yang dilarang beredar dan dibakar oleh penguasa, kemudian bila ditemukan dianggap sebagai buku langka dan berharga. Misalnya buku Analects karya Confucius pernah dibakar, namun beberapa diantaranya lolos dari embakaran. Kr=etika buku  tersebut ditemukan lagi maka ilmuwan maupun pustakawan amat menghargai buku tersebut, terlepas dari jenis maupun judulnya.
Fakta kedua menunjukkan bahwa sebuah buku, betapapun jelek isinya ataupun betapa banyaknya kritikan yang dilontarkan terhadapnya, pada suatu saat buku tersebut akan dicari dan digunakan seorang pembaca. Dalam hal ini perpustakaan nasional berfungsi sebagai gudang ilmu pengetahuan, tidak saja menyimpan literatur monumental. Tetapi juga menyimpan buku yang dianggap kurang penting. Sebuah buku apapun isinya atau apapun kecilnya sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan, merupakan bagian sejarah nasional. Karena itu sebagai dokumen sejarah, buku tersebut harus disimpan oleh perpustakaan nasioal.

9.       Seorang Pustakawan Haruslah Orang yang Berpendidikan
pustakawan pada zaman Mesir  kuno adalah orang yang berpendidikan tinggi. Demikian pula di Babylonia dan Asayria. Pada zaman Roma, perpustakaan umum diurus oleh tenaga yang bertindak atas nama kaisar. Pengurus perpustakaan umum zaman Roma disebut Procurator bibliothecarum (petugas perpustakaan), biasanya seorang ilmuwan. Pustakawan masa lalu yang terkenal dalam sejarah kepustakawanan seperti Edward Edwards, Antonio Panizzi (keduanya dari Inggris) dan Melvil Dewey (AS) adalah pustakawan yang pernah mengenyam pendidikan tinggi. Jabatan pustakawan pada librari of congres (AS) berdasarkan undang-undang diberikan kepada ilmuwan ataupun budayawan. Perpustakaan tersebut berkembang pesat semasa kepemimpinan Archibald Madeish, penyair Amerika yang terkenal. Salah satu puisinya berjudul The Young Dead Soldier  sering kali dikaitkan dengan ciptaan Chairil Anwar berjudul Kerawang Bekasi. Sebuah perpustakaan harus dihuni oleh seorang pustakawan yang berpendidikan untuk memanajemen perpustakaan agar perpustakaan lebih rapi dan para pemustaka nyaman dalam menggunakan fasilitas baik koleksi maupun lokasinya.

10.   Seorang pustakawan adalah seorang pendidik
Bila seorang pustakawan ingin memperoleh kemajuan dalam bidang tugasnya pustakawan harus bertindak selku ageen modernisasi dalam bidangnya. Pustakawan harus menjadikan perpustakaannya sebagai sarana belajar bagi pembacanya. Dengan kata lain, mengembangkan perpustakaan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi masyarakat sekitarnya. Dengan tidakan demikian maka seorang pustakawan pada hakikatnya adalah seorang pendidik. Karena sifatnya yang mendidik dan memberikan layanan umum, seorang pustakawan tidak akan dapat menjaadi kaya atau terkenal hanya dari perpustakaan maupun tugas kepustakawanannya. Fungsi tugas pustakawanan sebagai pendidik nampak menonjol pada perpustakaan umum dibandingkan dengan perpustakaan lainnya.

11.  Peran seorang pustakawan akan menjadi penting bila peranannya dipadukan dalam sistem sosial politik yang berlaku di sekitarnya.
Prinsip keempat menyatakaan bahwa perpustakaan sebagai sumber kekuatan. Prinsip itu menyatakan bahwa yang menjadi sumber kekuatan sebenarnya adalah buku, bukan si pustakawan karena pustakawan tidak memegang peranan penting dalam pencaturan kekuasaan. Peranan pustakawan apda zamanMesir kuno, Babylonia, dan Asyria amat besar karena jabatan pustakawan digabungkan dengan jabata politik. Prinsip ini berlaku bila kegiatan perpustakaan dipadukan dengan sistem sosial politik sehingga perpustakaan mampu memberikan sumbangan ke semua sektor kehidupan. Dengan caara demikian, perpustakaan mempunyai daya tarik dan manfaat baagi masyarakat, terutama bagi anggota masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal bagi mereka yang terdidik dan setengah didik, serta anggota masyarakat yang telah meninggalkan bangku sekolah.

12.  Untuk Menjadi Pustakawan Diperlukan Latian Dan Pendidikan Keahlian
persyaratan pendidikan dan pelatihan sudah ada sejak zaman purba, namun persyaratan terseut berbeda dari zaman ke zaman. Misalnya syarat pustakawan pada zaman Babylonia dan Asyria haruslah tamatan ahli menulis. Sesui pendidikan si calon pustakawan harus magang di perpustakaan selama beberapa tahun. Selama magang si calon pustakawan diwajibkan belajar bahasa asing.
Prinsip perlunya pendidikan dan pelatihan ini diperbarui lagi pada aawal abad ke-19 dan abad ke-20. Melvil Dewey (pencipta bagan DDC) menganggap perlu adanya pendidikan formal bagi pustakawan. Ia kemudian mendirikan sekolah perpustakaan (library school) di Colombia Universitypada tahun 1876. Pola ini kemudian di tiru di mana-mana. Dalam pendidikan formal lazimnya diprinsipkan pula praktek kerja, tidak laain bagian dari magang sebuah profesi.
saat ini jika ingin mennjadi seorang pustakawan atau ahli informasi suadah ada pendidikannya dan di Indonesia universitas pertama yang mengadakan pendidikan untuk pustakawan adalah Universitas Indonesia. Jenjang pendidikan yang tersedia yaitu D3, S1, S2, bahkan S3.

13.  Adalah Tugas pustakawan untuk menambah koleksi perpustakaan
Prinsip inni sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Misalnya pustakawan perpustakaan  Alexandria yang bernama Demetrios dari Phaleron tercatat sebagai pustakawan yang berusaha keras menambah koleksi perpustakaannya. Ia berusaha menambah koleksi perpustakaannya dengan buku yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Walaupun dunia pada masa Demetrios tidaklah seluas pengertian sekarang. Bila Demetrios mendengar atau mengetahui ada buku yang layak dijadikan koleksi perpustakaan, dia akan menyuruh bawahannya membeli buku tersebut. Dalam wakt kurang dari 12 tahun, Demitros berhasil mengumpulkan 200.000 gulungan naskah.
Raja Ashurnipal menyuruh bawahannya mengumpulkan rekaman tertulis untuk koleksi perpustakaan Nineveh. Ia berhasil mengumpulkan 30.000 lempeng tanah liat. Prinsip ke-13 ini diteruskan juga oleh berbagai perpustakaan biara pasa abad menengah. Bahkan ada contoh ekstrem, di beberapa perpustakaan, buku dirantai ke tembok agar tidak di curi. Jadi, pustakawan disamping berusaha menambah buku, dia juga harus memperhatikan bahwa buku yang sudah diperolehnya digunakan ataupun tidak hilang.
Pada abad ke-20 prinsip ini diwujudkan dalam bentuk pengembangan koleksi yang spektakuler. Sebagai contoh, kini sudah mulai banyak perpustakaan perguruan tinggi yang memiliki koleksi di atas satu juta buku. Padahal, pada abad ke-19 hannya ada lima perpustakaan yang memiliki koleksi lebih dari satu juta buku. Jika sebuah perpustakaan tidak menambah koleksinya maka sebuah perpustakaan tersebut akan di tinggalkan oleh penggunanya, karena sifat informasi itu selalu berkembang dan perpustakaan sebagai pusat informasi juga harus berkembang dalam hal koleksi.

14.   Sebuah perpustakaan harus disusun menurut aturan tertentu serta perlu dibuatkan daftar koleksinya
Betapapun besar koleksi sebuang perpusttakaan, keunggulan koleksi tersebut akan sia-sia belaka bila tidak digunakan. Untuk dapat digunakan oleh pembaca maka koleksi perpustakaan harus diatur menurut susunan tertentu. Pembaca dapat membayangkan bila seorang pembaca menemui sebuah perpustakaan dengan koleksi misalnya 20.000 buku yang tidak disusun sama sekali maka pembaca tersebut pasti akan bingung karena tidak adanya susunan buku yang dapat digunakan olehnya. Pengaturan buku itu bermacam-macam jenis, ada yang diatur menurut subjek ataupun pengarang ataupun jenis buku, misalnya fiksi atau biografi.
Dalam sejarah, koleksi perpustakaan Alexandria dikelompokkan menurut ruangan, artinya ruangan A menyimpan buku filsafat, ruangan B menyimpan buku astronomi, dan sebagainya. Pada abad menengah, perpustakaan biara memisahkan buku tentang keagamaan (teologi) dari buku keduniawian (sekuler). Perpustakaan perguruan tinggi misalnya mengelompokkan buku menurut kurikulum.
Saat ini koleksi perpustakaan disusun menurut klasifikasi koleksi perpustakaan. Misalnya, menurut klasifikasi Dsimal Dewey, meurut Universal Decimal Clasification, dan menurut Library Of Congress Clasification, pengelolaan menurut sistem klasifikasi harus diikuti dengan keterangan tentang buku yang bersangkutan: siapa pengarangya, judulnya, kapan diterbitkan, berapa jumlah halaman, dan jenisnya. Keterangan seperti ini lazim disebut data bibliografi. Diungkapkan dalam kartu katalog (lazimnya berukuran 7,5 x 12,5 cm)atau dalam buku, atau khusus di terbitkan. Katalog yang memuat data bibliografi telah dikenal sejak zaman Ashurbanipal. Hal ii dibuktikan dengan hasil penggalian dibekas kerajaan Assyria, ditemukan antara lain daftar buku perpustakaan Nineveh. Perpustakaan Alexandria menyusun katalog dengan menguunakan sistem klasifikasi subjek buata sediri. Katalog tersebut dikenal dengan nama penakes yang disusun oleh Callimachus, pustakawan perpustakaan Alexandria. Pada saat ii perpustakaan disusun menurut aturan tertentu, hanya saja media mencatatnya kini menggunakan elektronik sehingga dikenal dengan katalog elektronik. Selain itu klasifikasi juga harus melalui tahap analisis subjek dengan menggunakan alat atau standar berupa Anglo Amercian cataloguing Rules edisi2 atau disingkat dengan AACR2 untuk pedoman katalogisasinya.

15.   Karena perpustakaan merupakan gudang ilmu pengetahuan maka koleksi perpustakaan harus disusun menurut subjek
Prinsip ini nyata sekali pada klasifikasi koleksi perpustakaan modern seperti Decimal Dewey, Library Of Congress Clasification, maupun Universal Decimal Clasification. Semuanya disusun meurut subjek. Ketiga bagan klasifikasi tersebut banyak digunakan di perpustakaan. Sudah tentu ada bagan klasifikasi lain serta dalam sejarah ada pula bagan klasifikasi sebelumnya. Misalnya ada perpustakaan Nineveh, setiap ruangan disediakan untuk subjek tertentu. Jadi tersedia ruangan untuk menyimpan lempeng tanah liat berisi sejarah, mitologi, agama dan sebagainya. Pada perpustakaan biara abad menengah, koleksi buku sekuler dibagi menurut asas trivium (tata bahasa, logika, petorika) dan quadrum (matematika, geometrika, musik dan astronomi). Pengklasifikasian ini dilakukan guna untuk memudahkan pengguna untuk menemukan sebuah informasi yang ia butuhkan, selain itu juga memudahkan pengguna untuk temu kembali dengan informasi yang sudah pernah di baca.

16.   Kenyamanan Praktis merupakan faktor utama yang perlu digunakan dalam penyusunan subjek di Perpustakaan
Pengertian kenyamanan praktis artinya pengumpulan buku menurut subjek sehingga subjek yang berkaitan terkumpul menjadi satu susunan ataupun berurutan serta tidak tersebar di berbagai bidang. Misalnya buku tentang teologi berdekatan dengan filsafat. Dengan demikian seorang pembaca yang ingin mengetahui buku tentang teologi serta subjek yang berkaitan tidak perlu menelusuri ke subjek lain, misalnya ke subjek pertanian atau bahasa.
Perpustakaan Ashurbanipal dan Alexandria diketahui condong menggunakan pertimbangan praktis. Pada abad menengah dikenal pula klasifikasi buku berdasarkan pertimbangan praktis, seperti ciptaan Konrad Genser (1516- 1565) berjudul Pandektarum Sive Partitionum Universalum.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya saat ini ada tiga bagan klasifikasi yang banyak diguakan di perpustakaan yaitu Dewey Decimal Classsification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC) dan Library Of Congress Classification. Ketiga klasifikasi ii merupakan klasifikasi untuk mengelompokkan buku menurut subjeknya. Jadi, bukan klasifikasi yang digunakan di perpustakaan lebih banyak menekankan unsur manfaat, bukannya pertimbangan logis berdasarkan klasifikasi ilmu pengetahuan.

17.  Perpustakaan Harus Memiliki Katalog Subjek.
Prinsip ini melanjutkan logika dari prinsip ke-15 yang menyatakan perpustakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan harus disusun menurut subjek. Prinsip ini sudah lama dikenal di dunia perpustakaan. Penyusunan katalog menurut nama pegarang, atau abjad judul abru ada sekitar tahun 1300 dengan munculnya katalog induk yang berjudul Tabulas Septe Custodiarum Super Bibliam di inggris. Katalog induk ini disusunkan menurut abjad pengarang. Kini hampir semua perpustakaan dunia memiliki katalog yang disusun menurut nama pengarang, judul dan subjek. Katalog induk juga sudah dibuat di indonesia sekitar tahun 1850 oleh Bataviaach Genootschap Van Kunsten En Wetenschap. Jika sebuah perpustakaan tidak memiliki katalog subjek itu akan menyulitkan pengguna, karena untuk mencari informasi yang tidak memiliki katalog subjek itu akan memakan waktu yang sangat lama dan belum tentu informasi yang dibutuhkan ada di perpustakaan tersebut.

Demikianlah prinsip-prinsip kepustakawanan, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum wr.wb

Selasa, 10 April 2018

tipologi perpustakaan

Tipologi Perpustakaan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan informasi saat ini mebawa dampak besar terhadap kehidupan masyarakat, salah satunya terhadap pola pikir masyarakat yang lebih maju,. Sebagai fitrah manusia yang diciptakan tuhan sebagai mahluk yang ingin selalu mencari tahu dan selalu kekurangan akan apapun yang didapat menjadikan manusia banyak menciptakan teknologi dan ilmu pengetahuan baru yang berkembang sangat pesat bahkan tanpa kendali.
Dengan berkembang pesatnya informasi dan teknologi menjadi hal penting akan hadirnya perpustakaan di tengah-tengah masyarakat yang semakin beragam akan kebutuhan mereka sehari-hari. Menurut ketentuan umum undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007, perpustakaan adalah suatu institusi yang mengelola karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, pelelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Maka perpustakaan pada saat ini bukan hanya skedar gedung dengan isi tumpukan buku-buku, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan dan informasi. Masyarakat bisa mendapatkan informasi yang relevan dengan apa yang mereka butuhkan, peran perpustakaa juga sebagai layanan yang menyedikan informasi yang ter up to date yang dibutuhkan masyarakat dimana perpustakaan itu berada.
Melihat kebutuhan informasi yang dibutuhkan, koleksi, dan intansi dimana perpustakaan itu berada menjadikan timbulnya konsepsi tipologi perpustakaan. Dengan melihat latar belakag kebutuhan informasi yang berbeda, koleksi, dan intansi dimana perpustakaan itu berada kami bisa mengelompokan perpustakaan menjadi kepada dua tipe besar, yaitu perpustakaan umum dan perpustakaan khusus.
1.     Perpustakaan umum
Perpustakaan umum menurut Undan-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 adalah perpustakaan yang diperuntukan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku ras, agama, dan satus  sosial-ekonomi. Perpustakaan umum dengen fungsi melayani masyarakat yang ada dilingkungan sekitr tanpa memandang status sosial, agama, suku, dan ras wajib melayani masyarakat akan kebutuhan inforasi. Koleksi yang berda di perpustakaan merupakan koleksi umum. Kemuadian dalam  perpustakaan umum terdapat dua tipe perpustakaan lagi, yakni perpustakaan pemerintah:
1.     Pepustakaan nasional
2.     BPAD
3.     perpustakaan kota
4.     perpustakaan kabupaten
5.     perpustakaan kecamatan
6.     perpustakaan desa 
perpustakaan non pemerintah:
1.     TBM
2.     RBM


2.     Perpustakaan khusus
Untuk tipe perpustakaan yang selanjutnya adalah perpustakaan khusus, meurut Sulistyo Basuki (2010:2.11) perpustakaan khusus adalah koleksi fisik informasi, penegtahuan dan atau opini yang terbatas pada satu subjek atau sekelompok subjek yang berkaitan atau pada pada sebuah format tunggal produk informasi atau sekelompok format yang berhubungan. Koleksi dari perpustakaan khusus biasanya jenis kolesi berkaitan dengan dimana perpustakaan ini berada, dan pemustaka dari perpustakaan khusus yang berkaitan dengan perpustakaan itu berada. Dalam tipe perpustakaan khusus kami memebagi perpustakaan khusus ini kedalam empat bagian: 
1.     Perpustakaan Akademik,
2.     Perpustakaan Agama,
3.     Perpstakaan Lembaga, dan
4.     perpustakaan Pribadi.
Berikut ini skema konsepsi tipologi perpustakaan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYM2wYzyYEMuVtXmlKqubQHG8EvWL0iC-TaVKdh3DN3NSmmOnOwnMpZZDmnsXonJVNBHHKM4PNr63z4JBs222xj1XwWjKW-ez8j2ONHHsvucq8JbZ7HeWW7ndqIKg6ERHRP4DMOr9hORaj/s640/Capture.PNG
Skema Konsepsi Tipologi Perpustakaan

Pembahasan:
1.      perpustakaan umum
v  perpustakaan pemerintah
perpustakaan pemerintah adalah perpustakaan yang dana untuk pengadaan koleksi dan pengembangaan perpustakaan merupakan dari dana yang didapat dari pemerintah tersebut.
a.       perpustakaan nasional
perpustakaan nasional termasuk kedalam perpustakaan umum karena perpustakaan umum pendanaan dalam pembelian atau penambahan koleksi berasal dari pemerintah .
b.      BPAD (badan perpustakaan dan arsip daerah)
BPAD termasuk dalam perpustakaan umum yang termasuk dalam jenis pemerintah karena BPAD sangat berkaitan erat dengan perpustakaan dan arsip di suatu daerah yang mendapatkan dana langsung oleh pemerintah provinsi, selain dana yang didapatkan dari APBD perpustakaan daerah atau provinsi harus bisa melayani atau menyedikan fasilitas untuk mendukung kemajuan daerah tersebut.
c.       Perpustakaan kota
perpustakaan kabupaten adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten / kota yang koleksi dan fasilitasnya mendukung pelestarian hasil budaya kabupaten/kota dan merupakan fasilitas terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat ( long life learning).
d.      Perpustakaan kecamatan
Perpustakaan kecamatan sama seperti pembahasan diatas dan sebagai lembaga pendidikan untuk masyarakat umum.
e.       Perpustakaan desa
Perpustakaan desa yaitu lembaga perpustakaan untuk instansi tingkat desa, biasanya berisi tentang buku-buku sejarah desa, tentang ekonomi di desa, cara bercocok tanam dan lain sebagainya.
v  Perpustakaan non pemerintah
Perpustakaan non pemerintah adalah perpustakaan umum yang boleh dikunjungi siapa saja tetapi pendanaannya berasal dari uang pribadi atau uang sendiri atau uang yang bukan berasal dari pemerintah.
a.       TBM (taman baca masyarakat)
TBM adalah suatu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya. Namun pendanaannya bukan berasal dari dana pemerintah atau APBN
b.      RBM (rumah belajar modern)
RBM adalah rumah belajar modern yang baisanya peminatnya adalah anak-anak, karena rumah belajar modern tidak hanya menyediakan buku-buku untuk menambah wawasan atau informasi tetapi ada juga permainan yang biasa di gunakan setelah ia belajar. Fasilitas perpustakaan umum juga ada, yang disediakan di Rumah Belajar Modern adalah buku-buku teknologi terapan dan fiksi. Rumah Belajar Modern merupakan perpustaaan keluarga  dan bapak/ibu bisa membaca buku , membaca Koran baik regional maupun nasional sehingga wawasan kita bisa bertambah.

2.      Perpustakaan khusus
Meurut Sulistyo Basuki (2010:2.11) perpustakaan khusus adalah koleksi fisik informasi, penegtahuan dan atau opini yang terbatas pada satu subjek atau sekelompok subjek yang berkaitan atau pada pada sebuah format tunggal produk informasi atau sekelompok format yang berhubungan. Koleksi dari perpustakaan khusus biasanya jenis kolesi berkaitan dengan dimana perpustakaan ini berada, dan pemustaka dari perpustakaan khusus yang berkaitan dengan perpustakaan itu berada. perpustakaan khusus ini kedalam empat bagian: 
v  Akademik
perpustakaan akademik kedalam perpustakaan khusus, melihat dari segi koleksi yang dipunyai oleh perpustakaan akademik kebanyakan koleksi yang berada diperpustakaan akademik jenis koleksi yang mendukung pendidikan, serta meningkatkan kualitas akademik tersebut. Dalam perpustakaan akademik kami membagi kembali jenis-jenis perpustakaan yaitu:
1.      Perpustakaan sekolah
Penggolongkan perpustakaan tersebut melihat dari koleksi perpustakaan, pemustaka, dan intansi dimana perpustakaan itu berada. Dimana biasanya koleksi-koleksi yang berada di sekolah pemahamannya lebih mudah untuk kualitas mereka.

2.      Perpustakaan perguruan tinggi
Penggolongkan perpustakaan tersebut melihat dari koleksi perpustakaan, pemustaka, dan intansi dimana perpustakaan itu berada. Dimana pemahamannya lebih intensif daripada perpustakaan sekolah, karena pola pikir anak sekolah dengan perguruan tinggi itu sudah berbeda.

v  Keagamaan 
Kebanyakan koleksi dan pengguna perpustakaan keagamaan adalah koleksi yang bersangkutan, meskipun ada user yang menggunakan perpustakaan agama adalah user dari luar, tapi kebanyakan yang menggunakan perpustakaan keagamaan adalah pemustaka yang bersangkutan. Perpustakaan disebut sebagai perpustakaan khusus karena membahas tentang agama-agama secara lebih khusus. Sebagai jenis perpustakaan keagamaan adalah perpustakaan tempat ibadah:
1.      Islam
Perpustakaan agama islam  biasanya berisikan tentang agama islam, buku tentang cara untuk sholat, doa-doa pendek, cara-cara untuk menjadi seorang muslim yang baik dan lain sebaginya. Termasuk kedalam perpustakaan khusus karena membahas lebih khusus tentang agama islam.
2.      Kristen
Begitipun juga dengan agama kristen yang biasanya berkaitan tentang sejarah kristen, kitabnya dan lain sebagainya. Perpustakaan ini juga khusus membahas tentang agamnya.
3.      Katholik
Yang juga membahas secara khusus tentang agamanya.
4.      Hindu
Sama halnya seperti perpustakaan di agama yang lain yang juga membahas secara spesifik tentang agamanya.
5.      Budha
Pembahasan yang sama.
v  Lembaga
Perpustakaan lembaga dimasukan kepada perpustakaan khusus karena koleksi kebanyakan dari perpustakaan lembaga mengukuskan pada bidang tertentu, dan hanya melayani user yang bersangkutan dengan perpustakaan tersebut.
1.      Perpustakaan Bank
Perpustakaan bank termasuk perpustakaan khusus lembaga karena perpustakaan ini berisikan hal-hal yang bersangkutan dengan bank saja. Seperti pelayanan, cara menjadi nasabah yang baik dan lain sebagainya yang tidak akan di jumpai di perpustakaan khusus lainnya.
2.      Perpustakaan Penelitian
Perpustakaan penelitian juga berisi tentang penelitian, jadi perpustakaan di lembaga penelitian di masukan kedalam kelompok perpustakaan khusus.
3.      Perpustakaan pesantren
Mengapa perpustakaan pesantren ttidak dikelompokan  kedalam perpustakaan keagamaan? Karena menururt saya pesantren tidak hanya membahas tentang keagamaan saja, tetapi lebih luas daripada yang keagamaan.
4.      Perpustakaan perusahaan
Perpustakaan perusahaan adalah perpustakaan yang berisikan tentang perusahaan tertentu sehingga dikelompokkan kedalam perpustakaan khusus.
v  Perpustakaan pribadi
Perpustakaan pribdi masuk kedalam perpustakaan khusus karena melihat dari segi kepemilikan perpustakaan tersebut, dan pengguna perpustakaan pribadi tidak sembarang orang bisa menggunakan koleksi tersebut. Contoh perpustakaan pribadi adalah perpustakaan Moh. Yamin dan perpustakaan EAN (Yogyakarta)

     Selain itu ada juga perpustakaan internasional. Perpustakaan internasional yaitu Perpustakaan kerjasama antara dua Negara. Perpustakaan Internasional ini dibuat untuk memenuhi standard an kebutuhan masyarakat akan tempat membaca juga untuk meningkatkan pendidikan di masyarakat. Dengan adanya perpustakaan internasional diharapkan dapat membatu masyarakat dalam menyerap ilmu dengan cara yang mudah dan fasilitas yang lengkap.
Untuk menjadi perpustakaan internasional harus memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh badan-badan standar perpustakaan internasional yaitu ISO (International Organization for Standards), IEC (International Electro & Electrical Standards Commision) dan CAC (Codex Alimanteirus Commision). Contoh perpustakaan internasional adalah perpustakaan United Nation
Demikian artikel saya pada kali ini. semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb





Perkembangan Otomasi Perpustakaan di Dunia dan Indonesia

PERKEMBANGAN OTOMASI PERPUSTAKAAN DI DUNIA DAN DI INDONESIA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AUTOMASI PERPUSTAKAAN DISUSUN OLEH: ...