Assalamu’alaikum wr.wb
Bissmillahirrohmanirrohim,
kali ini saya akan memosting tentang ringkasan sejarah perpustakaan tingkat
Dunia, perpustakaan Indonesia dan perpustakaan Islam. Kalian ingin mengetahui
lebih lanjut tentang ringkasan saya? Baca postingan ini, sekali baca
insyaAallah teman-teman semua akan paham tentang sejarah perpustakaan.
A.
SEJARAH
PERPUSTAKAAN TINGKAT DUNIA
Sejarah perkembangan perpustakaan telah dimulai jauh sebelum Masehi.
Perkembangan perpustakaan diwarnai dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan
manusia itu sendiri. Perpustakaan yang kita kenal seperti sekarang ini adalah
lebih tua daripada kertas, buku dan mesin cetak. Sebab perpustakaan telah ada
jauh sebelum benda-benda tersebut ditemukan orang.
Perkembangan perpustakaan
diperkirakan diawali dengan berkembangnya budaya dan pengenalan bentuk
huruf-huruf sebagai formulasi suara atau bahan komunikasi. Huruf-huruf tersebut
kemudian dirangkai menjadi kata-kata yang mengandung arti tertentu. Sementara
kata-kata dirangkai menjadi kalimat, kalimat yang sempurna disusun menjadi
alinea, tulisan baik berupa artikel, kumpulan tulisan naskah, deskripsi maupun
buku sebagai formulasi yang lengkap. Pada awal mulanya koleksi perpustakaan
terdiri dari tulisan-tulisan pada papirus, perkamen, daun lontar, tablet tanah
liat, gulungan-gulungan tulisan dan benda-benda lain.
Berbagai macam tulisan itulah yang dikumpulkan, disimpan, dan
dipergunakan oleh masyarakat sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi bagi
masyarakat. Hal tersebut kemudian berproses dan berkembang secara bertahap
sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia yang kemudian perkembangan
perpustakaan dapat kita lihat dan digunakan seperti sekarang ini. Dengan
melihat perkembangan perpustakaan dapat dikatakan bahwa perpustakaan menjadi
rantai masa lalu, pijakan bagi kehidupan manusia di masa sekarang dan merupakan
pembimbing untuk melangkah ke masa depan.
Sejarah
mencatat, bahwa terdapat sejumlah perpustakaan yang pernah didirikan oleh
manusia yaitu:
1. Masa
Sebelum Masehi
Perpustakaan yang paling awal ada di kota Nivine dibangun sekitar tahun
669-636 SM. Kemudian perpustakaan kerajaan Babylonia dan Assyria yang memiliki
kira-kira 10.000 bahan pustaka berupa tablet tanah liat karya Raja Ashurbanipal
Raja Assyiria. Selanjutnya perpustakaan di kuil Horus, Mesir yang didirikan
sekitar tahun 337 SM yang koleksinya berupa gulungan papirus yang berisi
tentang ilmu astronomi, agama dan perburuan.
2. Masa
Yunani Kuno
Peradaban Yunani mengenal tulisan Mycena sekitar 1500 SM, kemudian tulisan
tersebut lenyap. Sebagai penggantinya, orang Yunani menggunakan 22 aksara
temuan orang Phoenicia, kemudian dikembangkan menjadi 26 aksara seperti yang
kita kenal sekarang. Perkembangan perpustakaan Yunani mencapai puncaknya pada
masa Abad Hellenisme yang ditandai dengan penyebaran ajaran dan kebudayaan
Yunani. Perpustakaan yang terkenal adalah perpustakaan Alexandria yang memiliki
700.000 gulungan koleksi pada abad pertama SM yang koleksinya adalah teks
Yunani dan manuskrip segala bahasa dari semua penjuru dunia. Semua gulungan
papirus ini disunting, disusun menurut bentuknya, dan diberi catatan untuk
disusun menjadi sebuah bibliografi sastra Yunani yang semuanya itu disusun oleh
semua pustakawan perpustakaan Alexandria yang mereka adalah ilmuwan ulung yang
ahli dalam bidangnya.
3. Masa Roma
dan Byzantium
Kebudayaan Yunani mempengaruhi kehidupan budaya orang Roma, ini terbukti
banyak orang Roma yang mempelajari sastra, filsafat dan ilmu pengetahuan
Yunani. Pada waktu itu, Julius Caesar memerintahkan agar perpustakaan terbuka
untuk umum, sehingga perpustakaan tersebar ke seluruh kerajaan Roma. Saat itu,
muncul bentuk buku baru yaitu codex yang merupakan kumpulan parchmen, diikat
serta dijilid menjadi satu seperti buku yang kita kenal sekarang. Codex digunakan
secara besar-besaran pada abad ke-4. Perpustakaan Roma mengalami kemunduran
tatkala kerajaan Roma mulai mundur, perpustakaan lenyap karena serangan
orang-orang barbar yang tersisa hanya perpustakaan biara.
Ketika Kaisar Konstantin Agung menjadi raja Kerajaan Roma Barat dan Timur
pada tahun 324. Raja memilih ibukota di Byzantium, yang diubah menjadi
Konstantinopel yang kemudia didirikan perpustakaan kerajaan yang menekankan
karya Latin karena bahasa Latin menjadi bahasa resmi hingga abad ke-6. Koleksi
perpustakaan menjadi bertambah dengan adanya karya Kristen dan non-Kristen baik
dalam bahasa Yunani maupun Latin yang mencapai 120.000 buku.
4. Masa Arab
Agama Islam muncul pada abad ke-7 yang kemudian Islam menyebar kedaerah
sekitar Arab dan dengan cepat pula pasukan Islam menguasai Syria, Babylonia,
Mesopotamia, Persia, Mesir, seluruh bagian utara Afrika serta sampai di
Spanyol. Dalam abad ke-8 dan ke-9, ketika Konstantinopel mengalami kemandegan
dalam karya sekuler, maka Baghdad berkembang menjadi pusat kajian karya Yunani.
Ilmuwan Muslim mulai mempelajari dan menerjemahkan karya filsafat, pengetahuan,
dan kedokteran Yunani ke dalam bahasa Arab, juga dari versi bahasa Syriac
ataupun Aramaic.
Perpustakaan pada waktu itu, disamping menjadi tempat penyimpanan buku
dan pelayanan publik, juga berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan. Perpustakaan yang terkenal yaitu perpustakaan Bait
al-Hikmah yang mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Khalifah al-Ma’mun
pada tahun 815 Masehi. Kemunduran perpustakaan diawali dengan kevakuman dan
kemunduran Islam, juga karena serangan dari pihak musuh-musuh Islam seperti
tentara Mongol dan Tar-Tar yang merampas dan menghancurkan perpustakaan Islam,
sehingga perpustakaan hancur dan umat Islam mengalami kemerosotan dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang sangat signifikan.
B.
SEJARAH
PERPUSTAKAAN INDONESIA
1. Masa kerajaan (400-an)
yaitu saat lingga batu
dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien
dari tahun 414 Menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan
Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku atau
manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta.
Pada sekitar tahun 695
M, menurut musafir I-tsing dari Cina, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih
dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha
melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa.
Di pulau Jawa, sejarah
perpustakaan tersebut dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Hal ini karena di
kerajaan ini mulai dikenal pujangga keraton yang menulis berbagai karya sastra.
Karya-karya tersebut seperti Sang Hyang Kamahayanikan yang
memuat uraian tentang agama Budha Mahayana. Menyusul kemudian Sembilan parwa
sari cerita Mahabharata dan satu kanda dari epos Ramayana. Juga muncul dua
kitab keagamaan yaituBrahmandapurana dan Agastyaparwa.
Kitab lain yang terkenal adalah Arjuna Wiwaha yang digubah
oleh Mpu Kanwa. Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan karya
sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-sama
menggubah kitab Bharatayudha. Selain itu Mpu panuluh juga
menggubah kitab Hariwangsa dan kitabGatotkacasrayya.
Selain itu ada Mpu Monaguna dengan kitab Sumanasantaka dan Mpu
Triguna dengan kitamKresnayana.
Semua kitab itu ditulis
diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat terbatas dan tetap berada dalam
lingkungan keraton. Periode berikutnya adalah Kerajaan Singosari tidak ada
naskah terkenal. Kitab Pararaton yang terkenal itu diduga
ditulis setelah keruntuhan kerajaan Singosari. Pada jaman Majapahit dihasilkan
dihasilkan buku Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu
Prapanca. Sedangkan Mpu Tantular menulis buku Sutasoma. Pada jaman
ini dihasilkan pula karya-karya lain seperti Kidung Harsawijaya,Kidung
Ranggalawe, Sorandaka, dan Sundayana.
2.
Masa Hindia-Belanda (abad 16)
Di zaman ini
mulai muncul perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Contohnya adalah sebagai
berikut:
a) Perpustakaan
di gereja yang ada di Batavia (1624), diduga adalah perpustakaan tertua yang tercatat di sejarah
Indonesia.
b) Perpustakaan
khusus di Batavia (Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) atau disingkat BGKW yang sekarang
Museum Nasional RI yang berdiri tahun 1778. oleh Mr.
J.C.M.
c) Perpustakaan di sekolah-sekolah, misalnya di
Stovia.
d) Perpustakaan di Kraton Mangkunegoro yang
menyediakan naskah atau catatan kuno dan hanya bisa dibaca di tempat (tidak
boleh dipinjam)
3.
Masa penjajahan Jepang
Di zaman ini,
hampir seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia ditutup oleh Jepang, baik
perpustakaan umum maupun perpustakaan yang ada di sekolah-sekolah. Periode
Penjajahan Jepang
Berbeda dengan periode sebelumnya , pada masa pendudukan Jepang, perpustakaan hampir dapat dikatakan tidak berkembang sama sekali sehingga pada masa ini tidak begitu banyak perubahan kondisi perpustakaan di Indonesia karena Jepang hanya menguasai Indonesia sekitar 3,5 tahun . Usaha yang mereka lakukan adalah berusaha membekukan buku-buku perpustakan peninggalan Belanda dan diganti dengan buku-buku Jepang yang boleh dijadikan koleksi .
Berbeda dengan periode sebelumnya , pada masa pendudukan Jepang, perpustakaan hampir dapat dikatakan tidak berkembang sama sekali sehingga pada masa ini tidak begitu banyak perubahan kondisi perpustakaan di Indonesia karena Jepang hanya menguasai Indonesia sekitar 3,5 tahun . Usaha yang mereka lakukan adalah berusaha membekukan buku-buku perpustakan peninggalan Belanda dan diganti dengan buku-buku Jepang yang boleh dijadikan koleksi .
4.
Masa kemerdekaan-sekarang
Pemerintah
Indonesia mendirikan berbagai perpustakaan, termasuk taman baca yang
dimaksudkan untuk mencerdaskan rakyat Indonesia.
a) Taman
Perpustakaan Rakyat dibuat pemerintah sekitar tahun 1950-an.
b) Pada
tahun 1980-an, berdiri Perpustakaan Nasional RI yang juga mengelola Museum
Nasional RI. Dengan perkembangan teknologi, sampai saat ini perpustakaan di
Indonesia pun mengalami kemajuan dalam pengelolaannya
C.
SEJARAH PERPUSTAKAAN
ISLAM
Pada masa kejayaan Islam, perpustakaan
merupakan sarana untuk belajar, hingga ummat Islam mampu membangun peradaban
besar yang bertahan beberapa abad lamanya. Banyak informasi dan ilmu
pengetahuan yang tidak terdokumentasikan dengan baik oleh umat Islam dilupakan
begitu saja. Akibatnya tatanan umat Islam baik aspek ekonomi, politik, sosial,
budaya dan aspek kehidupan yang lain mengalami stagnasi. Sehingga ahirnya umat
Islam hanya menjadi umat pengikut dari bangsa maju, yang dalam hal ini adalah
dunia barat. Padahal kita menyadari bahwa kemajuan dunia barat dicapai dengan
melalui penguasaan ilmu pengetahuan yang di ambil dari pusat-pusat ilmu
pengetahuan musli seperti perpustakan.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi pembentukan dan pembinaan perpustakaan perpustakaan, di samping peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa perintisan, antara lain sebagai berikut.
1. Setelah Al Qur’an di kodifikasi dalam bentuk mushaf timbul keinginan masyarakat muslim, terutama yang hidup jauh dari masa Rasulullah SAW untuk memahami Al Qur’an dan ajaran-ajaran Islam sesuai dengan yang di pahami dan dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Muncul keinginan dari sebagian ulama untuk membukukan sabda-sabda Rasulullah SAW, sekalipun pada awalnya mendapatkan tentangan karena berpegang kepada Hadits yang melarang penulisan bersumber dari Rasul selain Al Qur’an. Namun pada masa Umar bin Abdul Aziz (wafat 675 M) beliau dengan otoritasnya memerintah Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri al-Madani (wafat 695 M) untuk menghimpun hadits dan menulisnya dalam sebuah buku. Dia beralasan bahwa Rasulullah melarang menulis hadits karena di khawatirkan akan tercampur dengan Al Qur’an. Padahal pada waktu ia memerintahkan menulis hadits tidak ada kehawatiran tercampur dengan Al Qur’an, karena Al Qur’an sudh di kodifikasikan dalam bentuk mushaf. Kemudian hadits-hadits tersebut ditulis dan disebarluaskan ke penjuru negeri untuk di jadikan referensi.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi pembentukan dan pembinaan perpustakaan perpustakaan, di samping peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa perintisan, antara lain sebagai berikut.
1. Setelah Al Qur’an di kodifikasi dalam bentuk mushaf timbul keinginan masyarakat muslim, terutama yang hidup jauh dari masa Rasulullah SAW untuk memahami Al Qur’an dan ajaran-ajaran Islam sesuai dengan yang di pahami dan dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Muncul keinginan dari sebagian ulama untuk membukukan sabda-sabda Rasulullah SAW, sekalipun pada awalnya mendapatkan tentangan karena berpegang kepada Hadits yang melarang penulisan bersumber dari Rasul selain Al Qur’an. Namun pada masa Umar bin Abdul Aziz (wafat 675 M) beliau dengan otoritasnya memerintah Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri al-Madani (wafat 695 M) untuk menghimpun hadits dan menulisnya dalam sebuah buku. Dia beralasan bahwa Rasulullah melarang menulis hadits karena di khawatirkan akan tercampur dengan Al Qur’an. Padahal pada waktu ia memerintahkan menulis hadits tidak ada kehawatiran tercampur dengan Al Qur’an, karena Al Qur’an sudh di kodifikasikan dalam bentuk mushaf. Kemudian hadits-hadits tersebut ditulis dan disebarluaskan ke penjuru negeri untuk di jadikan referensi.
2. Kepeloporan Ibn Syihab az-Zuhri di ikuti oleh ulama-ulma lainnya. Pada masa itu hadits menjadi primadona. Banyak ahli hadits yang rela melakukan perjalanan jauh dan melelahkan hanya demi mendapatkan sebuah hadits dan kemudian dihimpun dalam koleksi mereka masing-masing.ahirnya dikenal dengan koleksi Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan at-Trmudzi, dan koleksi-koleksi linnya. Setiap koleksi bisa terdiri dari tiga jilid atau lebih bhkan sampai belasan jilid, sehingga menambah bahan rujukan Islam.
3. Gerakan penerjemahan yang di pelopori oleh Khalifa al-Mansur dari Daulah Abbasiyah telah membantu dalam penambahan jumlah koleksi pustaka pd waktu itu. Dia memperkejakan orang-orang Persia yang baru masuk Islam untuk menterjemahkan karya-karya berbahasa Persia dalam bidang astrolgi, ketatanegaraan dan politik, moral, seperti Kalila wa Dimma dan Sindhid di terjemahkankedalam bahasan Arab. Selain itu di terjemahkan dari bahasa Yunani seperti Logika karya Aristoteles, lmagest karya Ptolemy, Arithmetic karya Nicomashus, Geometri kary Euclid. Bahan pustaka yang cukup banyak tadi berupa mushaf Al Qur’an maupun hadits dan karya-karya terjemahan mendorong penguasa pada waktu itu ntuk mendirikan perpustakaan. Perpustakaan yang resmi berdiri pertama kali ntuk publik adalah Baitul Hikmah. Perpustakaan itu bukan saja berfungsi sebagai tempat penyumpanan buku, tetapi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun al-Rasyid intitusi perpustkaan bernama Khizanah al Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian.
Sejak tahun
815M, al-Makmun mengembangkan Lembga itu dengan mengubah namanya menjadi Bait
al-Hikmah. Pada masa itu Bait al-Hikmh di gunakan secara lebih maju, yaitu
sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang di dapat dari Persia, Bizantium,
Etiopia, dan India. Direktur perpustakaanya adalah seorang nasionalis persia
dan ahli Pahlevi, yaitu Sahl ibn Harun. Pada masa al-Makmun, Bait al-Hikmah
ditingkatkan lagi fungsinya menjadi pusat kegiatan studi, riset astronomi dan
matematika.
Untuk mengetahui perpustakaan pada waktu itu kita tinjau sekilas berdasarkan jenisnya, yaitu:
Untuk mengetahui perpustakaan pada waktu itu kita tinjau sekilas berdasarkan jenisnya, yaitu:
1.
Perpustakaan
umum
Perpustakaan umum sangat banyak jumlahnya, barang kali untuk menemukan suatu masjid atau sekolah–sekolah yang tidak memiliki perpustakaan dengan koleksinya yang siap di tela’ah dan muraja’ah bagi pelajar dan peneliti yang sedang mengadakan penelitian. Yang termasuk perpustakaan umum adalah sebagai berikut :
Perpustakaan umum sangat banyak jumlahnya, barang kali untuk menemukan suatu masjid atau sekolah–sekolah yang tidak memiliki perpustakaan dengan koleksinya yang siap di tela’ah dan muraja’ah bagi pelajar dan peneliti yang sedang mengadakan penelitian. Yang termasuk perpustakaan umum adalah sebagai berikut :
a. Bayt al-Hikmah, Baghdad. Perpustakaan ini didirikan
oleh khalifah Harun Al-Rasyid, dan kemudian menjadi besar pada masa khalifah
Al-Ma’nun dan menjadi pusat studi.perpustakaan ini merupakan kebanggaan
khalifah Abbasiyah yang memuat hasil peradaban dan kebudayaan umat manusia di
seluruh dunia.
b.
Baitul Hikmah
Kairo, perpustakaan ini didirikan oleh Al-Hakim bin Amrillah seorang khalifah
di dinasti Fatimiyah di Mesir. Perpustakaan ini dibuka pada 10 jumadil akhir tahun 395 H
c.
Darul Hikamah di Kairo, Darul Al-Hikmah merupakan tempat untuk
berkumpulnya para ahli fikih, para ahli nahwu dan bahasa, para dokter, dan ahli
astronomi. Mereka berkumpul dan memangdaatkan perpustakaan yang tidak sekedar
tempat belajar dan membaca buku-buku, akan tetapi juga melakukan pengkajian dan
penyalinan kitab-kitab, serta melakukan ceramah dan diskusi tentang berbagai
bidang dan ilmu pengetahuan.
d.
Darul Al-Ilm, Naisaburi. Perpustakaan ini didirikan
oleh Abu Naser Sabur bin Al-Dasyir. Perpustakaan ini sering dinamakan pula
Khazanah di Kutub. Menurut keterangan perpustakaan ini memuat 10.400 kitab
tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Pada masanya perpustakaan Darul Al-Ilm
ini menjadi pusat ilmu pengetahuan dan tempat berkumpulnya para analis,
ilmuwan, sastrawan , ulama dan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas
ilmiah seperti pengkajian, diskusi dan penelitian. (Al-Baghdadi, 1996)
e.
Khizanah Al-Kutub, Syiraz. Perpustakaan Khazanah
Al-Kutub didirikan oleh seorang penguasa dari Bani Buwayhiyyah yang bernama
‘Adhud al-Daula (w. 983 M). Menurut keterangan Al-Baqdisi seperti yang dikutip
Pedersen (1996), perpustakaan ni didirikan dengan sangat megahnya di mana
kompleks lingkungan dikelilingi oleh taman, danau, dan aliran air. Bangunannya
terdiri dari dua lantai, dan memiliki ruangan sebanyak 360 buah. Bagian atas
bangunan diberi kubah seperti halnya bangunan masjid.
f.
Darul Hikamah di Kairo, Darul Al-Hikmah merupakan tempat untuk
berkumpulnya para ahli fikih, para ahli nahwu dan bahasa, para dokter, dan ahli
astronomi. Mereka berkumpul dan memangdaatkan perpustakaan yang tidak sekedar
tempat belajar dan membaca buku-buku, akan tetapi juga melakukan pengkajian dan
penyalinan kitab-kitab, serta melakukan ceramah dan diskusi tentang berbagai
bidang dan ilmu pengetahuan.
g.
Perpustakaan
madrasah
1)
Madrasah Nizamiyah (1056 oleh Nizam al-Mulk)
2)
Madrasah Mustansiriyyah (1226-1242 M oleh Al-Mustansir
Billah)
h.
Perpustakaan masjid
2.
Perpustakaan Semi Umum
Perpustakaan semi umum didirikan oleh para khalifah dan raja–raja untuk mendekatn diri kepada ilmu pengetahuan. Adupan perpustakaan semi umum antara lain;
a. Perpustakaan An-Nashir Li Dinillah
b. Perpustakaan Al-Muzta’sim Billah
c. Perpustakaan Khalifah–Khalifah Fathimiyah
Perpustakaan semi umum didirikan oleh para khalifah dan raja–raja untuk mendekatn diri kepada ilmu pengetahuan. Adupan perpustakaan semi umum antara lain;
a. Perpustakaan An-Nashir Li Dinillah
b. Perpustakaan Al-Muzta’sim Billah
c. Perpustakaan Khalifah–Khalifah Fathimiyah
3.
Perpustakaan Pribadi
Perpustakaan ini didirikan oleh ulama–ulama dan para sastrawan, khusus untuk kepentingan mereka sendiri. Perpustakaan ini sangat banyak karena hampir semua ulama dan sastrawan memiliki perpustakaan untuk menjadi sumber dan referensi bagi pembahsan dan penelitian mereka. Perpustakaan jenis ini antara lain;
a. Perpustakaan Al-Fathu Ibnu Haqam
b. Perpustakaan hunain Ibnu Ishaq
c. Perpustakaan Ibnul Harsyab
d. Perpustakaan Al Muwaffaq Ibnul Mathran
e. Perpustakaan Al-Mubasysir Ibnu Fatik
f. Perpustakaan Jamaluddin Al Qifthi
Perpustakaan ini didirikan oleh ulama–ulama dan para sastrawan, khusus untuk kepentingan mereka sendiri. Perpustakaan ini sangat banyak karena hampir semua ulama dan sastrawan memiliki perpustakaan untuk menjadi sumber dan referensi bagi pembahsan dan penelitian mereka. Perpustakaan jenis ini antara lain;
a. Perpustakaan Al-Fathu Ibnu Haqam
b. Perpustakaan hunain Ibnu Ishaq
c. Perpustakaan Ibnul Harsyab
d. Perpustakaan Al Muwaffaq Ibnul Mathran
e. Perpustakaan Al-Mubasysir Ibnu Fatik
f. Perpustakaan Jamaluddin Al Qifthi
Masa
Kemunduran dan Kehancuran Perpustakaan
Kemunduran dan kehancuran perpustakaan di era peradaban Islam mengikuti kejatuhan wilayah-wilayah muslim setelah pertarungan fisik melawan musuh-musuhnya. Misalnya perpustakaan di Tripoli di hancurkan oleh tentara perang Salib atas komando seorang rahib yang tak senang saat melihat banyak Al Qur’an di perpustakaan tersebut. Di samping itu perpustakaan terkenal lainya, seperti milik Sultan Nuh Ibn Mansur yang dibakar setelah filosuf besarnya menyelesaikan penelitiannya di tempat itu. Kenyataan itu menimbulkan tuduhan bahwa cendikiawan sendiri yang membakar perpustakaan setelah menguasai isi keilmuan yang terkandung dalam perpustakaan tersebut. Peristiwa lainya terjadi pada tahun 1258M ketika sekelompok bangsa Mongol dan Tartar menjarah kota Baghdad dan membakar perpustakaanya.
Kemunduran dan kehancuran perpustakaan di era peradaban Islam mengikuti kejatuhan wilayah-wilayah muslim setelah pertarungan fisik melawan musuh-musuhnya. Misalnya perpustakaan di Tripoli di hancurkan oleh tentara perang Salib atas komando seorang rahib yang tak senang saat melihat banyak Al Qur’an di perpustakaan tersebut. Di samping itu perpustakaan terkenal lainya, seperti milik Sultan Nuh Ibn Mansur yang dibakar setelah filosuf besarnya menyelesaikan penelitiannya di tempat itu. Kenyataan itu menimbulkan tuduhan bahwa cendikiawan sendiri yang membakar perpustakaan setelah menguasai isi keilmuan yang terkandung dalam perpustakaan tersebut. Peristiwa lainya terjadi pada tahun 1258M ketika sekelompok bangsa Mongol dan Tartar menjarah kota Baghdad dan membakar perpustakaanya.
Demikianlah umat Islam berkembang dengan pesat pada awalnya seiring
dengan perkembangan perpustakaan dan mundurnya umat Islam bersamaan dengan
mundurnya perpustakaan. Dengan demikian cara untuk memajukan peradaban umat
Islam adalah salah satunya dengan memajukan perpustakaan yaitu dengan membina
perpustakaan dan meningkatkan kesadaran umat Islam akan pentingnya ilmu
pengetahuan yang terkandung di dalamnya.
terimakasih..!!
wassalamu'alaikum wr.wb



